Perbanyakan jambu bol dengan biji mempunyai beberapa kendala, yaitu karakter buah yang dihasilkan belum tentu sama dengan karakter tanaman induknya, masa juvenil tanaman yang lama (5 tahun atau lebih) dan dalam satu buah jambu bol yang besar umumnya hanya dihasilkan satu atau dua biji, bahkan tidak semua buah jambu bol menghasilkan biji. Cangkok merupakan teknik perbanyakan vegetatif yang mudah, murah dan relatif efisien untuk menghasilkan bibit jambu bol unggul, Keberhasilan pengakaran pada cangkok atau setek dipengaruhi oleh banyak faktor yang mungkin saling berinteraksi satu sama lain, salah satunya adalah zat pengatur tumbuh.ZPT auksin yang saat ini paling banyak digunakan untuk menginduksi akar pada setek atau cangkok ialah indole-3-butyric acid (IBA), dan α-napthalene-acetic acid (NAA).
Tujuan
mempelajari pengaruh formulasi pasta auksin yang mengandung IBA, NAA atau kombinasi keduanya terhadap pengakaran cangkok jambu bol (Syzygium malaccense L.) Merr. & Perry).
Metode Penelitian
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (randomized complete block design) dengan tiga kelompok berdasarkan pohon induk yang dicangkok.
Perlakuan yang dicobakan adalah tujuh konsentrasi auksin yang terdiri atas kontrol (tanpa auksin), IBA 2000 ppm, IBA 4000 ppm, NAA 2000 ppm, NAA 4000 ppm, IBA 1000 ppm + NAA 1000 ppm, dan IBA 2000 ppm + NAA 2000 ppm
Bahan tanaman yang akan dicangkok dipilih pohon induk jambu bol yang sudah pernah berbuah, dengan pertumbuhan yang sehat dan kuat, dan berumur 8-10 tahun.
Hasil dan Pembahasan
Perlakuan auksin terbaik didapatkan pada 4000 ppm NAA yang menghasilkan 33.3 akar primer dan mempercepat terbentuknya akar hingga tiga minggu lebih awal dibandingkan dengan pada cangkok tanpa auksin.
Pengaruh stimulasi NAA dalam menginduksi akar kemungkinan berkaitan dengan penghambatan aktivitas enzim IAAoksidase (IAAO), serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase (POD) dan polifenol oksidase (PPO) sebagaimana dilaporkan oleh Yan et al. (2014), Enzim IAAO mengkatalisis oksidasi IAA sehingga mengganggu kerja auksin (Hartmann et al., 2011). Jadi jika IAAO terhambat aktivitasnya oleh NAA, maka kerja auksin endogen lebih efektif. Aktivitas POD diketahui berperan dalam metabolisme auksin dan proses lignifikasi pada waktu sintesis dinding sel yang terjadi selama pembentukan akar (Rout, 2006). Selain itu, PPO mengkatalisis oksidasi senyawa polifenol dan hidroksilasi senyawa monophenol serta terbentuknya lignin dalam sel tumbuhan (Khorsheduzzaman et al., 2010).
Pengaruh stimulasi NAA dalam menginduksi akar kemungkinan berkaitan dengan penghambatan aktivitas enzim IAAoksidase (IAAO), serta peningkatan aktivitas enzim peroksidase (POD) dan polifenol oksidase (PPO) sebagaimana dilaporkan oleh Yan et al. (2014), Enzim IAAO mengkatalisis oksidasi IAA sehingga mengganggu kerja auksin (Hartmann et al., 2011). Jadi jika IAAO terhambat aktivitasnya oleh NAA, maka kerja auksin endogen lebih efektif. Aktivitas POD diketahui berperan dalam metabolisme auksin dan proses lignifikasi pada waktu sintesis dinding sel yang terjadi selama pembentukan akar (Rout, 2006). Selain itu, PPO mengkatalisis oksidasi senyawa polifenol dan hidroksilasi senyawa monophenol serta terbentuknya lignin dalam sel tumbuhan (Khorsheduzzaman et al., 2010).
Berdasarkan waktu munculnya akar, 4000 ppm NAA lebih efektif dibanding 4000 ppm IBA. Hal tersebut kemungkinan karena kandungan auksin endogen pada cabang jambu bol yang dicangkok terlalu sedikit. Ketika bagian atas cabang yang dikerat dan dikupas floemnya diberi perlakuan NAA pada konsentrasi 4000 ppm, kemungkinan auksin endogen (IAA) pada cangkok dapat ditingkatkan pada level yang lebih tinggi dibandingkan dengan efek yang ditimbulkan oleh IBA pada konsentrasi yang sama, sehingga akar lebih cepat terbentuk.
Rekomendasi
Aplikasi NAA 4000 ppm dapat mempercepat terbentuknya akar hingga tiga minggu lebih awal dibandingkan dengan cangkok tanpa auksin
sumber :