Tentang Partenokarpi
Indonesia memiliki iklim tropis,
sehingga berbagai jenis buah dan sayur dapat tumbuh dengan subur. Namun
masyarakat kurang menyukai buah atau sayur yang memiliki banyak biji contohnya
adalah buah semangka, markisa dan buah lainnya karena merepotkan saat di
konsumsi. Dari permasalahan tersebut munculah beberapa penelitian yang
dilakukan untuk menghasilkan buah tanpa biji atau disebut dengan Partenokarpi.
Selain menghasilkan buah tanpa biji, Partenokarpi juga memiliki keuntungan lain
seperti yang dijelaskan oleh Mezzetti et
al. dalam Purnamaningsih et al
(2010) bahwa buah partenokarpi memiliki beberapa keuntungan yaitu produksi buah
yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan buah biasanya, memiliki kualitas yang
baik dan produktivitas yang tinggi, seperti halnya yang dinyatakan oleh Pardal (2001) yang menyatakan bahwa buah tanpa
biji (partenokarpi) sesungguhnya dalam program produksi benih atau biji kurang
menguntungkan tetapi sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan
produktivitas buah, khususnya pada jenis tanaman komersial (hortikultura).
Buah partenokarpi terbentuk
karena tidak terjadinya proses
fertilisisasi. Partenokarpi dapat terjadi
dengan dua cara yaitu secara alami (genetic) atau buatan (induksi). Terdapat dua
tipe partenokarpi yang terbentuk secara alami yaitu obligator tanpa pengaruh faktor
dari luar dan fakultatif apabila terdapat factor luar atau lingkungan yang
tidak memungkinkan untuk melakukan polinasi. Sedangkan partenokarpi buatan
dapat dibentuk dengan induksi yaitu mengaplikasikan ZPT untuk menghambat
pembentukan biji.
Usaha produksi buah partenokarpi
cukup baik karena dapat memperpanjang masa simpan hal ini disebabkan buah
partenokarpi dapat memperlambat kematangan.
Giberelin merupakanan salah satu hormone yang banyak digunakan untuk memperoduksi buah partenokarpi. ZPT ini
mampu menginduksi pembentukan buah partenokarpi. Biasanya giberelin diaplikasikan
pada bunga tanaman untuk menghambat pembentukan biji pada buah (Purnamaningsih et al., 2010). Rolistyo et al., (2014).
Salah satu contoh penelitian yang
telah dilakukan oleh Zain et all pada tahun 2015 yang menguji penggunaan
giberelin untuk menghasilkan buah partenokarpi pada buah terung didapatkan
hasil bahwa pemberian giberelin pada buah terung sangat berpengaruh nyata
terhadap pembentukan buah terung partenokarpi. Giberelin di aplikasikan pada Buah
terung pada konsentrasi 0,1%-0,3%, namun bobot, panjang dan diameter per buah
secara berurutan hanya berkisar 32,76 g – 53,60 g; 6,94 cm – 9,30 cm; dan 3,30
cm - 4,60 cm, sedangkan buah terung yang terbentuk tanpa aplikasi giberelin
menghasilkan jumlah biji hingga 221 biji dengan bobot, panjang dan diameter per
buah berturut-turut mencapai 162,32 g; 21,20 cm; dan 5,12 cm.
Penelitian lain yang telah
dilakukan adalah penelitian Annisa (2009) yaitu menguji pengaruh pemberian
giberelin pada buah semangka dengan taraf konsentrasi yang berbeda yaitu 0 ppm,
50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm didapatkan hasil bahwa pemberian giberelin pada
buah semangka berpengaruh nyata terhadap pembentukan biji. Perlakuan giberelin
dengan konsentrasi 150 ppm menghasilkan jumlah biji yang paling sedikit yaitu
sebanyak 257,50 biji sedangkan perlakuan tanpa giberelin menghasilka Jumlah
biji paling banyak yaitu sebanyak 330,50 biji.
Hal ini membuktikan bahwa giberelin
dapat digunakan untuk menghasilkan buah partenokarpi. Namun sebenarnya ada
Teknik atau cara lain yang bisa digunakan untuk menghasilkan buah tanpa biji
(partekokarpi) yaitu dengan cara rekayasa genetika yang termasuk kedalam
pembentukan partenokarpi secara buatan. Rekasyasa Genetika mampu menjawab
tuntutan konsumen yang menginginkan buah partenokarpi atau disebut juga buah
tanpa biji dengan kualitas dan memiliki
produktifitas yang tinggi khususnya tanaman hortikultura yang memiliki nilai
komersil. Namun dalam penerapan teknologi secara rekayasa genetic masih
terdapat kontroversi akan baik buruknya penerapan rekayasa genetic dalam
pembentukan buah partenokarpi. Untuk itu diperlukan kajian-kajian lebih lanjut
untuk mejawab keresahan-keresahan masyarakat tentang buah partenokarpi yang dibuat
secara rekayasa genetika (GMO).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar