1. Genotipe asal eksplan
eksplan adalah jaringan tanaman yangakan digunakan sebagai bahan tanam dalam botol.kondisi fisiologis ekplan memiliki peranan penting bagi keberhasilan teknik kultur jaringan. Pierik (1997) menyatakan bahwa pada umumnya bagian-bagian vegetatif pada tanaman lebih siap beregenerasi daripada bagian-bagian generatif.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
respon masing-masing eksplan tanaman sangat bervariasi tergantung dari
spesies, bahkan varietas, atau tanaman asal eksplan tersebut. Pengaruh
genotip ini umumnya berhubungan erat dengan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pertumbuhan eksplan, seperti kebutuhan nutrisi, zat
pengatur tumbuh, dan lingkungan kultur.oleh karena itu kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan lingkungan harus disesuaikan dengan jenis eksplan yang akan digunakan.
2. Jenis Kondisi Eksplan
eksplan dipilih dari
jaringan yang masih muda karena jaringan tersebut tersusun atas sel-sel
yang masih muda dan aktif membelah, dengan begitu diharapkan akan
menghasilkan tanaman yang lebih sempurna. jenis eksplan,seperti pucuk,
buku, tunas, akar, daun, embrio dan kotiledon yang digunakan harus
diperhatikan dalam teknik kultur jaringan karena akan mempengaruhi
keberhasilan kultur jaringan. kemudian hal lain yang harus diperhatikan
adalah ukuran, dan umur eksplan karena berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi.Ukuran eksplan . Eksplan dengan ukuran kecil lebih mudah disterilisasi dan tidak
membutuhkan ruang serta media yang banyak, namun kemampuannya untuk
beregenerasi juga lebih kecil sehingga dibutuhkan media yang lebih
kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasinya. Sebaliknya semakin besar
eksplan, maka semakin besar kemungkinannya untuk membawa penyakit dan
makin sulit untuk disterilkan, membutuhkan ruang dan media kultur yang
lebih banyak. Ukuran eskplan yang sesuai sangat tergantung dari jenis
tanaman yang dikulturkan, teknik dan tujuan pengkulturannya.
3. Media Kultur
Perbedaan komposisi media, komposisi zat pengatur
tumbuh dan jenis media yang digunakan akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan.
a) Komposisi media.medium yang digunakan untuk kultur in vitro tanaman berupa medium padat atau cair. medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya diinduksi membentuk tanaman lengkap, sedangkan medium cair digunakan untuk kultur sel. komponen utama yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh dan suplemen organik (Yuwono, 20018)
a) Komposisi media.medium yang digunakan untuk kultur in vitro tanaman berupa medium padat atau cair. medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya diinduksi membentuk tanaman lengkap, sedangkan medium cair digunakan untuk kultur sel. komponen utama yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh dan suplemen organik (Yuwono, 20018)
Perbedaan komposisi media,
seperti jenis dan komposisi garam-garam anorganik, senyawa organik, zat
pengatur tumbuh sangat mempengaruhi respon eksplan saat dikulturkan.
Perbedaan komposisi media biasanya sangat mempengaruhi arah pertumbuhan
dan regenerasi eksplan. Meskipun demikian, media yang telah
diformulasikan tidak hanya berlaku untuk satu jenis eksplan dan tanaman
saja. Beberapa jenis formulasi media bahkan digunakan secara umum untuk
berbagai jenis eksplan dan varietas tanaman, seperti media MS.
b) Komposisi hormon pertumbuhan. Komposisi dan
konsentrasi hormon pertumbuhan yang ditambahkan dalam media sangat
mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan.
Komposisi dan konsentrasi hormon pertumbuhan yang ditambahkan ke dalam
media kultur sangat tergantung dari jenis eksplan yang dikulturkan dan
tujuan pengkulturannya. Hormon pertumbuhan yang digunakan untuk
perbanyakan secara invitro adalah golongan auksin, sitokinin, giberelin,
dan growth retardant.
4. Lingkungan Tumbuh
agar pertumbuhan kultur seragam maka keseragaman faktor lingkungan juga harus diupayakan, tidak hanya di ruang kultur akan tetapi juga didalam semua wadah kultur dengan cara menggunakan wadah yang seragam (Zulkarnain, 2009).
a) Suhu.
Tanaman umumnya tumbuh pada
lingkungan dengan suhu yang tidak sama setiap saat, misalnya pada siang
dan malam hari tanaman mengalami kondisi dengan perbedaan suhu yang
cukup besar. Keadaan demikian bisa dilakukan dalam kultur invitro dengan
mengatur suhu siang dan malam di ruang kultur, namun laboratorium
kultur jaringan selama ini mengatur suhu ruang kultur yang konstan baik
pada siang maupun malam hari.
Umumnya temperatur yang digunakan dalam
kultur invitro lebih tinggi dari kondisi suhu invivo. Tujuannya adalah
untuk mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.
Pada sebagian besar laboratorium, suhu yang
digunakan adalah konstan, yaitu 25°C (kisaran suhu 17-32°C). Tanaman
tropis umumnya dikulturkan pada suhu yang sedikit lebih tinggi dari
tanaman empat musim, yaitu 27°C (kisaran suhu 24-32°C). Bila suhu siang
dan malam diatur berbeda, maka perbedaan umumnya adalah 4-8°C, variasi
yang biasa dilakukan adalah 25°C siang dan 20°C malam, atau 28°C siang
dan 24°C malam.
Kelembaban relatif dalam
botol kultur dengan mulut botol yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu
berkisar antara 80-99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar maka
kelembaban relatif dalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%.
Sedangkan kelembaban relatif di ruang kultur umumnya adalah sekitar 70%.
Jika kelembaban relatif ruang kultur berada dibawah 70% maka akan
mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak tertutup rapat) akan
cepat menguap dan kering sehingga eksplan dan plantlet yang dikulturkan
akan cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara dalam botol kultur
yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh abnormal yaitu daun
lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil namun terlampau sukulen.
c) Cahaya.
Seperti halnya pertumbuhan tanaman
dalam kondisi invivo, kuantitas dan kualitas cahaya, yaitu intensitas,
lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya mempengaruhi pertumbuhan
eksplan dalam kultur invitro. Intensitas cahaya dalam ruang kultur untuk
pertumbuhan tunas umumnya berkisar antara 600-1000 lux. Perkecambahan
dan inisiasi akar umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah.Lama penyinaran umumnya diatur sesuai dengan
kebutuhan tanaman sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode terang dan
gelap umumnya diatur pada kisaran 8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap
tergantung varietas tanaman dan eksplan yang dikulturkan. Periode
siang/malam (terang/gelap) ini diatur secara otomatis menggunakan timer
yang ditempatkan pada saklar lampu pada ruang kultur. Dengan teknik ini
penyinaran dapat diatur konstan sesuai kebutuhan tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar