Jumat, 26 April 2019

Mengenal Buah Partenokarpi


Tentang  Partenokarpi
Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga berbagai jenis buah dan sayur dapat tumbuh dengan subur. Namun masyarakat kurang menyukai buah atau sayur yang memiliki banyak biji contohnya adalah buah semangka, markisa dan buah lainnya karena merepotkan saat di konsumsi. Dari permasalahan tersebut munculah beberapa penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan buah tanpa biji atau disebut dengan Partenokarpi. Selain menghasilkan buah tanpa biji, Partenokarpi juga memiliki keuntungan lain seperti yang dijelaskan oleh Mezzetti et al. dalam Purnamaningsih et al (2010) bahwa buah partenokarpi memiliki beberapa keuntungan yaitu produksi buah yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan buah biasanya, memiliki kualitas yang baik dan produktivitas yang tinggi, seperti halnya yang dinyatakan oleh  Pardal (2001) yang menyatakan bahwa buah tanpa biji (partenokarpi) sesungguhnya dalam program produksi benih atau biji kurang menguntungkan tetapi sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produktivitas buah, khususnya pada jenis tanaman komersial (hortikultura).
Buah partenokarpi terbentuk karena tidak  terjadinya proses fertilisisasi.  Partenokarpi dapat terjadi dengan dua cara yaitu secara alami (genetic) atau buatan (induksi). Terdapat dua tipe partenokarpi yang terbentuk secara alami yaitu obligator tanpa pengaruh faktor dari luar dan fakultatif apabila terdapat factor luar atau lingkungan yang tidak memungkinkan untuk melakukan polinasi. Sedangkan partenokarpi buatan dapat dibentuk dengan induksi yaitu mengaplikasikan ZPT untuk menghambat pembentukan biji.
Usaha produksi buah partenokarpi cukup baik karena dapat memperpanjang masa simpan hal ini disebabkan buah partenokarpi  dapat memperlambat kematangan. Giberelin merupakanan salah satu hormone yang banyak digunakan  untuk memperoduksi buah partenokarpi. ZPT ini mampu menginduksi pembentukan buah partenokarpi. Biasanya giberelin diaplikasikan pada bunga tanaman untuk menghambat pembentukan biji pada buah (Purnamaningsih et al., 2010). Rolistyo et al., (2014).
Salah satu contoh penelitian yang telah dilakukan oleh Zain et all pada tahun 2015 yang menguji penggunaan giberelin untuk menghasilkan buah partenokarpi pada buah terung didapatkan hasil bahwa pemberian giberelin pada buah terung sangat berpengaruh nyata terhadap pembentukan buah terung partenokarpi. Giberelin di aplikasikan pada Buah terung pada konsentrasi 0,1%-0,3%, namun bobot, panjang dan diameter per buah secara berurutan hanya berkisar 32,76 g – 53,60 g; 6,94 cm – 9,30 cm; dan 3,30 cm - 4,60 cm, sedangkan buah terung yang terbentuk tanpa aplikasi giberelin menghasilkan jumlah biji hingga 221 biji dengan bobot, panjang dan diameter per buah berturut-turut mencapai 162,32 g; 21,20 cm; dan 5,12 cm.
Penelitian lain yang telah dilakukan adalah penelitian Annisa (2009) yaitu menguji pengaruh pemberian giberelin pada buah semangka dengan taraf konsentrasi yang berbeda yaitu 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm didapatkan hasil bahwa pemberian giberelin pada buah semangka berpengaruh nyata terhadap pembentukan biji. Perlakuan giberelin dengan konsentrasi 150 ppm menghasilkan jumlah biji yang paling sedikit yaitu sebanyak 257,50 biji sedangkan perlakuan tanpa giberelin menghasilka Jumlah biji paling banyak yaitu sebanyak 330,50 biji.
Hal ini membuktikan bahwa giberelin dapat digunakan untuk menghasilkan buah partenokarpi. Namun sebenarnya ada Teknik atau cara lain yang bisa digunakan untuk menghasilkan buah tanpa biji (partekokarpi) yaitu dengan cara rekayasa genetika yang termasuk kedalam pembentukan partenokarpi secara buatan. Rekasyasa Genetika mampu menjawab tuntutan konsumen yang menginginkan buah partenokarpi atau disebut juga buah tanpa biji  dengan kualitas dan memiliki produktifitas yang tinggi khususnya tanaman hortikultura yang memiliki nilai komersil. Namun dalam penerapan teknologi secara rekayasa genetic masih terdapat kontroversi akan baik buruknya penerapan rekayasa genetic dalam pembentukan buah partenokarpi. Untuk itu diperlukan kajian-kajian lebih lanjut untuk mejawab keresahan-keresahan masyarakat tentang buah partenokarpi yang dibuat secara rekayasa genetika (GMO).


MENGUKUR KINERJA DENGAN HR SCORECARD

Perusahaan perlu melakukan pengukuran atas kinerja mereka, karena ini akan menentukan berhasil atau tidaknya sumber daya manusia dalam men...