Senin, 17 Desember 2018

Tanah Ultisol di Indonesia

Tanah Ultisol adalah tanah yang memiliki kemasaman kurang dari 5,5 dan sifat kimia tanah yang rendah. sebaran luas tanah ultisol mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total uas daratan Indonesia. Kalimantan (21.938.000 ha), Jawa ( 1.172.000 ha), Nusa Tenggara (53.000 ha), (Prasetyo dan Surradikarta, 2006). Keberadaan tanah ultisol yang luas memiliki potensi untuk dijadikan lahan pertanian, antara lain :
1. Berpotensi utuk  tanaman pangan dengan syarat pengolahan tanahnya harus tepat
2. diimanfaatkan untuk tanaman perkebunan contohnya kelapa sawit, karet
3. Di provinsi Lampung, Peneran Teknologi Budidaya Ubi Kayu di lahan kering ultisol mampu meningkatkan hasil 40-75% . teknologi budidaya tersebut mencakup penggunaan varietas unggul, bibit yang digunakan sehat, segar dan bebas dari hama dan penyakit, pengolahan tanah dilkukan sempurna, penanaman dilakukan pada puncak guludan, pengendalian gulma dan hama penyakit yang tepat.

Pemanfaatam tanah ultisol dalam pertanian memiliki kendala seperti :
1. Kandungan bahan organik yang rendah
2. Tanahnya bersifat masam dengan pH kurang dari 5,5
3. Kejenuhan basa kurang dari 3 %, dan kejenuhan Al yang tinggi
4. Memiliki KTK yang rendah
5. Sangat peka terhadap erosi
(Munir, 1996)

Untuk mengatasi Permasalahan tersebut dapat di lakukan beberapa cara antara lain :
1. Meningkatkan ketersediaan unsur hara dan sifat kimia tanah dengan pemberian pupuk kompos misalnya dari Tithonia diversifolia (memiliki unsur N,P,K yang tinggi)
2. Penerapan budidaya Lorong (tumpang sari, alley cropping), teraserring, drainase, dan pengolahan tanah minimum
3. Aplikasi Biochor sebagai amelioran untuk memperbaiki kualitas tanah
4. Pemberian dolomit atau kapur untuk meningkatkan pH tanah
5. Berdasarkan penelitian Hasriani dkk, tentang kajian sabut kelapa sebagai media tanam memiliki daya simpan air yang tinggi dapat menjadi pilihan  untuk menutupi kekurangan tanah ultisol yang mudah meloloskan air.

Senin, 03 Desember 2018

Belajar dari Kegagalan, Keberhasilan Tidak Instan #NanemDalamBotol

Assalamuailakum wr.wb

kali ini saya mau berbagi cerita tentang bagaimana cara menanam dalam botol, cara yang dimaksud adalah kultur jaringan. sebelum saya membahas terkait bagaimana cara atau teknik dalam kultur jaringan saya akan menceritakan apa saja yang harus di persiapkan sebelum melakukannya.

seperti judul di atas bahwasannya jangan lah takut gagal atau salah saat kita melakukan sesuatu, karena dari kesalahan dan kegagalan tersebut kita bisa belajar untuk lebih baik kedepannya dan kita tahu bahwa tidak ada keberhasilan yang instan maka lewatilah prosesnya dengan banyak belajar.

Hal pertama yang harus kita persiapkan adalah mental, mental sangat penting untuk menghadapi sesuatu karena apabila kita sudah percaya diri dan sudah mempersiapkan diri maka kita akan lebih mudah untuk melakukan sesuatu :)
yang kedua adalah kebersihan, ini sangat penting sekali karena kebersihan adalah salah satu kunci keberhasilan dalam kultur jaringan. Mulai dari ekplan, media tanam sampai alat dan tempat tidak terlepas dari yang namanya sterilisasi. oh ya jangan lupa kita juga harus dalam keadan bersih ya.
hal yang ketiga adalah harus fokus dan tidak boleh main-main, saat kita melakukan teknik kultur jaringan ada baiknya kita fokus dengan apa yang kita lakukan, tidak mengobrol atau main-main dan ikuti prosedur yang berlaku. terakhir adalah hati-hati, demi keselamatan kita tidak boleh ceroboh dalam melakukan sesuatu karena teknik kultur jaringan menggunakan bahan-bahan kimia.

oke mungkin itu yang harus diperhatikan dan lanjut ke pembahasan berikutnya

Pembuatan Kultur Aseptik
1. Seleksi Sumber Eksplan
eksplan adalah bagian tanaman dapat berupa akar, batang, daun, pucuk, tunas dan lainnya uang digunakan dalam kultur jaringan. pemilihan tanaman eksplan harus berdasarkan sifat tanaman induk, dimana induk tersebut harus jelas asalnya dan memiliki potensi untuk di kembangbiakan.

2. Permudaan Sumber Eksplan
tanaman yang telah diseleksi kemudian dilakukan permudaan sumber eksplan di dalam greenhouse.
ukuran ekplan yang akan di gunakan juga harus di perhatikan. ukuran ekplan yang kecil mudah disterilisasi, tidak membutuhkan ruang yang besar, media yang digunakan dalam jumlah yang sedikit, namun kemampuan untuk regenerasi lebih kecil dan membutukan media yang lebih kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasi sedangkan penggunaan ekplan yang besar adalah sulitnya dalam sterilisasi, besar kemungkinan membawa penyakit, membutukan ruang yang lebih besar dan membutuhkan media kultur yang lebih banyak.

3. Pemeliharaan Sumber Eksplan
langkah selanjutnya adalah pemeliharaan sumber eksplan selama 1 bulan dengan meyemprotkan bakterisida atau fungisida selama seminggu sekali untuk mengurangi kontaminan pada tanaman.

4. Proses Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses penghilanga kontaminan dari permukaan eksplan. Sterilisasi dilakukan di dalam laminar dan di luar laminar. Di dalam Laminar bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah Aqua Steril, NaOL ( bayclin) dan betadine sedangan bahan yang digunakan di luar laminar adlah bakterisida, funisida, tween, dan aquades. efektifitas penghilangan mikroorganisme pada eksplan di pengaruhi oleh dua hal yaitu konsentrasi desinfektan dan lamanya perendaman. semakin tinggi konsentasi desinfektan dan lama perendaman makan akan semakin tinggi efektifias penghilangan mikroorganisme. namun sterilisasi daun jati yang memiliki tipe berbulu maka sterilisasinya menggunakan tisu yang ditambahkan dengan alkohol kemudian di elapkan pada permukaannya.
untuk mengurangi kontaminasi cendawan maka dapat meningkatkan konsentrasi desinfektan sedangkan untuk mengurangi tingkat kontaminasi bakteri maka dapat meingkatkan lama perendamanya.

prosedur sterilisasi  tidak mutlak untuk digunakan pada semua jenis tanaman, hal ini karena dipengaruhi oleh tipe ekplan, ukuran eksplan, kondisi ekplan, kualitas desinfektan. Dan setiap bahan tanam memiliki tingkat kontaminasi yang berbeda hal ini di pengaruhi oleh jenis tanaman dan bagian yang digunakan, morfologi permukaan, lingkungan tumbuh dan waktu musim pengambilan ekplan.
Direkomendasikan untuk pengambilan ekplan pada waktu musim kemarau karena pada saat musim hujan kelembapan akan tinggi dan meningkatkan kontaminasi dan umur tanaman yang semakin tua maka akan seemkain sulit untuk beregenerasi sehingga sebaiknya menggunakan ekplan yang masih muda karena selnya masih aktif untuk membelah. 

Tahapan Kultur Aseptis Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccensis)

Tahapan Diluar Laminar
 -Pengambilan tunas sebagai ekplan, yang diambil adalah bagian apek dan lateral. 
 -kemudian tunas T dicuci dengan air steril dengan menambahkan tween 2-3 tetes lalu diamkan          
  selama 10 menit
- setelah itu Ekspan direndam dalam larutan fungisida (2 gr/l) dan bakterisida (3 gr/l), lalu   
   dihomogenkan dengan magnetic stirrer selama 1 jam.
Tahapan Didalam Laminar
  1. Bilas eksplan dengan air steril ± 3 kali.
  2. Rendam eksplan dengan NaOCL 25% selama 10 menit (konsentrasi dan waktu dapat berbeda). 
  3. Bilas dengan air steril ± 3 kali atau sampai bau bayclin hilang.
  4. Siapkan cawan petri, tuangkan betadine pada cawan petri secukupnya.
  5.  Rendam eksplan dalam cawan yang berisi betadine selama 30 menit.
  6. Bilas dengan air steril ± 3 kali.
  7. Tanam dalam media prakondisi
Tahapan Penanaman dalam Media Prakondisi 
1. Setiap alat dan bahan yang digunakan disterilisasi menggunakan alcohol dan dipanaskan pada api 
    bunsen.
2. Eksplan yang telah dibilas, lalu dipindahkan ke dalam botol steril.
3. Eksplan diletakkan dalam cawan petri berisi kertas untuk pengering. 
4. Potong bagian browning eksplan.
5. Potong bagian eksplan yang memiliki buku minimal satu eksplan terdapat 2 atau lebih buku
6. Tanam eksplan dalam botol media tanaman
7. Tutup rapat botol tanaman agar kontaminan tidak masuk dan diberi label.

Rumus perhitungan:
% ekplan kontaminasi: ∑ eksplan terkontaminasi / ∑ eksplan tanam × 100%
% eksplan mati: ∑ eksplan mati / ∑ eksplan tanam × 100%
% eksplan steril: 100% × (% kontaminasi + % mati)

Selama kegiatan berlangsung harus benar-benar aseptis ya :)
semua alat yang setiap kali telah digunakan harus selalu di sterilisasi dan jika ada eksplan yang jatuh maka tidak boleh diambil karena tingkat kontaminannya tinggi dan setiap kali mengambil eksplan harus menggunakan pinset dan tidak boleh menggunakan tangan secara langsung dan terakhir kepala harus berada di luar laminar ya.Selamat Mencoba

wassalamualaikum wr.wb






Sabtu, 10 November 2018

Laporan Kunjungan ke BMKG Bogor


Assalamualaikum temen-temen..
Gimana nih kabarnya ??
Semoga kalian semua sehat selalu dan segala urusan dimudahkan.. Aamiin
Kali ini saya akan berbagi sedikit cerita dan berbagi pengalaman mengenai stasiun BMKG Bogor terkait sejarah, cakupan wilayah hingga alat-alat yang tersedia di BMKG Bogor.
Baca selengkapnya ya :)

1.     Sejarah BMKG
Berdasarkan informasi yang saya dapat dari narasumber BMKG Bogor adalah sebuah UPT yang merupakan balai wilayah yang mempunyai 5 balai di bawah nauangan deputi 2 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Karena informasinya kurang lengkap akhirnya saya mengunjungi situs BMKG untuk melihat sejarah lengkapnya.
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841, diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Pada tahun 1866, diresmikan oleh Pemerintah Hindia Belanda menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma. BMKG Bogor mengalami banyak perubahan nama Meteorologisch en Geofisiche Dienst (1947), Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum(1949), Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan(1955), kemudian dikembalikan menjadi menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara(1960) Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. https://www.bmkg.go.id/profil/?p=sejarah

2.     Cakupan Wilayah
Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor melayani jasa data iklim, curah hujan, jumlah penguapan, angin, dan jumlah sambaran petir di wilayah Jawa Barat. BMKG Bogor bekerja sama dengan sejumlah pos hujan di wilayah Jawa Barat. BMKG Dramaga berlokasi di IPB – Situgede, Bogor Barat, Kota Bogor.

3.     Alat-alat Ukur
Alat-alat ukur yang terdapat di BMKG Bogor diletakkan di tempat yang sangat luas dan di tanah yang datar, kemudian jauh dari bangunan dan pohon-pohon besar. Hal ini bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan seperti pohon tumbang, tanah longsor dan lain-lain. Alat- alat yang terdapat di BMKG Bogor antara lain :
a.     Penakar Hujan Manual Type Observatorium 
mengukur     jumlah   curah  hujan selama 24 jam. Jumlah  curah    hujan  yang  tertampung  akan  dituangkan    melalui  kran   dan   ditakar  dengan  gelas  ukur yang berskala sampai dengan 20 mm. Pengamatan dilakukan jam 07.00 pagi dengan membuka kran  dan  menampung air hujan dalam gelas penakar kemudian dibaca skala yang menunjukkan jumlah curah hujan. Data curah hujan akan menunjukan suatu kondisi musim hujan atau musim kemarau dengan melihat akumulasi rata-rata curah hujan yang terjadi di wilayah Jawa Barat.

b. Lysimeter 
Berfungsi untuk mengukur jumlah evapotranspirasi pada sebidang tanah bervegetasi secara langsung.  Unsur yang diamati adalah besarnya penguapan yang berlangsung pada sebidang tanah yang bervegetasi. Bak lisymeter ini berbentuk segiempat. Tanah digali sedalam 1 m2, untuk setiap kedalaman lapisan tanah dipisahkan 20 cm sampai kedalaman 1.25 m2 dengan memasukkan baja lisimeter, kerikil, ijuk, pasir halus. kemudian masukkan lapisan tanah 20 cm yang berasal dari galian sebelumnya. Tunggu tanah sampai jenuh dan padat. 
Pengamatan di lakukan mulai pada pagi hari dengan mengisi bak misalnya 10 liter, lalu pada jam 17.00 WIB air disedot atau dikeluarkan dengan menggunakan pompa untuk dilakukan pengamatan evapotranpirasinya. Jika pada saat disedot hanya 7 liter air yang tersisa. Maka, nilai evapotranspirasi bisa dihitung dengan rumus yaitu air siraman + air curah hujan – air yang disedot.

   c. Menara Cuaca  (Towering Climatology)
         Berfungsi sebagai tempat alat - alat  untuk mengukur profil iklim mikro pada  3 ketinggian yang
         berbeda yaitu 4 m, 7 m, dan 10 m dari permukaan tanah.  Pada masing - masing ketinggian 
         terdapat sangkar meteorologi dan cup counter anemometer.  

    d.   Open Pan Evaporimeter
Alat ini Berfungsi untuk mengukur evaporasi/penguapan pada periode waktu tertentu. Tinggi air dari bibir panci ± 5 cm, bila air berkurang harus segera ditambah agar besarnya penguapan sesuai. Alat ini tidak boleh dimasukkan benda apapun karena air yang keluar akan diangkap penguapan sehingga data yang dihasilkan tidak akurat.Pengamatan dilakukan 3 kali yaitu Jam  07.30, 13.30, 17.30 WIB

e. Thermometer Tanah

Alat  ini Berfungsi untuk  mengukur suhu tanah dengan kedalaman yang berbeda, yaitu : 
cm 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Thermometer ini menggunakan cairan
air  raksa dan diletakkan di dalam tanah yang permukaan tanahnya berumput pendek, dan 
tanah gundul. Bagian bawah bola thermometer diisi dengan parafin/lilin, hal ini bertujuan 
untuk memperlambat perubahan suhu. Jadi, ketika thermometer diangkat ke atas permukaan
tanah saat pengamatan atau pembacaan maka suhu yang dihasilkan tidak akan jauh berbeda
dengan di dalam tanah. Waktu pengamatan  dilakukan 3 kali yaitu 07.30, 13.30, 17.30 WIB.

f. Cup Counter Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin rata-rata selama periode tertentu. terdiri dari 3 buah mangkok yang akan berputar bila tertiup angin , pada bagian bawah mangkok terdapat angka counter yang mencatat perputaran mangkok tersebut,. Untuk mengetahui kecepatan rata-rata angin pada periode waktu tertentu maka hasil saat pengamatan dikurangi dengan hasil data sebelumnya kemudian di bagi dengan periode tertentu. Dilakukan tiga kali pengamatan pada pukul  07.00, 14.00, 18.00 WIB.

g. Sangkar Meteorologi

Sangkar meteorologi ini berfungsi sebagai tempat alat-alat pengukur cuaca tertentu, agar tehindar dari sinar matahari langsung dan pengaruh lingkungan. Di dalam sangkar meteorology terdapat thermometer minimum dan maksimum serta thermometer bola kering dan bola basah. 

h. AAWS (Automatic Agroclimate Weder Station)
Alat ini mengamati semua unsur cuaca secara otomatis. unsur yang diamati antar lain: curah hujan, arah, dan kecepatan angin, suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari, kadar air tanah, evaporasi, dan suhu tanah.. Pada alat ini terdapat logger yang berfungsi untuk mengumpulkan dan mengolah semua data, kemudian akan dikirmkan setiap 10 menit menggunakan jaringan internet.

i. Campbell Stokes
Alat ini berfungsi untuk mengukur lama penyinaran matahari dalam satu hari.  Alat ini terdapat bola kaca yang berfungsi untuk mengumpulkan sinar matahari ke titik focus, kemudia di bawah bola tersebut terdapat kertas yang mempunyai skala jam. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat bagian kertas yang terbakar, panjang  jejak atau bekas bakaran akan menunjukan lamanya penyinaran matahari.



 j. Aktinograf Bimetal
Alat ini berfungsi   untuk   mengukur    radiasi    matahari  dalam  waktu  satu  hari. alat ini terdapat duah buah plat atau lempengan yang berbeda warna sebagai sensor yaitu warna hitam dan putih. Ketika terdapat sinar matahari maka akan terjardi pemuaian. Plat putih akan memantulkan sinar matahari sedangkan plat hitam akan menyerap sinar matahari. sehingga akan menimbulkan gerak pena pada kertas pias yang dipasang slinder jam. Perbedaan selisih pemuaian tersebut akan dijadikan sebagai dasar perhitungan radiasi matahari dalam satu hari. Kertas pias akan di pasang pada pukul 07.00 WIB dan akan diangkat pada pukul 18.00 WIB.


k. ASRS (Automatic Sun Radiantion System)



Alat ini berfungsi untuk mengukur radiasi matahari. Alat ini terdapat sensor automatis dengan mengikuti arah matahari dari  terbit hingga terbenam. Data yang terkumpul dalam logger akan langsung dikirimkan setiap 10 menit.

mungkin itu saja alat-alat yang ada di stasiun BMKG Bogor yang dapat saya ceritakan, masih banyak alat-alat lainnya yang bisa di baca lengkap di situs BMKG.
Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membangun ya :)
Wassalamualaikum wr.wb 
















































































































































MENGUKUR KINERJA DENGAN HR SCORECARD

Perusahaan perlu melakukan pengukuran atas kinerja mereka, karena ini akan menentukan berhasil atau tidaknya sumber daya manusia dalam men...